Rabu, 11 Desember 2013

Menilik Kembali Sistem Perkeretaapian Indonesia

By Unknown   Posted at  05.15   Opini No comments

Kecelakaan KRL vs Truk BBM di Bintaro. Sumber: kompas.com
Pada hari Senin, 9 Desember 2013, penduduk Jabodetabek dikejutkan dengan tabrakan KRL Commuter Line dengan truk tangki BBM. Beberapa saksi mengatakan bahwa truk tangki BBM menerobos palang perlintasan kereta api. Ada juga yang beranggapan bahwa truk tangki BBM terjebak dalam kemacetan. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang melakukan penyelidikan yang dilakukan oleh KNKT dan kawan-kawan. Sebelum hasil penyelidikan dikeluarkan, saya ingin mengungkapkan pendapat saya mengenai kecelakaan ini.

Sebelum kecelakaan terjadi, perlintasan Pondok Betung (tepatnya di Jalan Bintaro Permai) ini memang rawan kemacetan. Situasi ini tidak hanya dialami oleh perlintasan-perlintasan lain di Jabodetabek. Tabrakan antara kendaraan bermotor dengan kereta sudah sering terjadi. Sebanyak 44 perlintasan kereta rawan kecelakaan yang tersebar di Jabodetabek. Biasanya, sebab utama dari kecelakaan ini adalah kemacetan yang terjadi di dekat perlintasan kereta. Kita sering menemui situasi ini di Jakarta terutama. Sebab yang lain adalah kelalaian para pengendara di jalan. Sudah menjadi hal yang lumrah ketika para pengendara kendaraan bermotor menerobos palang perlintasan kereta api walaupun sudah ditutup.

Untuk mengurangi jumlah kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api, maka semua pihak baik itu pemerintah ataupun masyarakat sebagai pengguna jalan haruslah mempunyai kesadaran. Pemerintah haruslah mencari solusi untuk mengurangi kemacetan dan kecelakaan di perlintasan kereta. Salah satu solusi dari masalah ini adalah membangun fly-over atau underpass di perlintasan kereta api. Kita bisa melihat negara-negara tetangga yang sudah menerapkan hal ini. Para pengguna jalan juga harus memperhatikan keselamatannya pada saat melintasi perlintasan kereta api. Para pengguna jalan haruslah berhenti apabila sirine perlintasan kereta berbunyi.

Selain perlintasan kereta, sistem keamanan dalam kereta juga harus diperhatikan. Pada saat saya bandingkan antara KRL eks Jepang dengan KRL buatan Indonesia, saya bisa menyimpulkan bahwa sistem keamanan pada KRL buatan Indonesia (INKA) jauh lebih baik dibandingkan dengan KRL eks Jepang. Pada KRL buatan INKA, khususnya KRL KFW i9000 sudah cukup lengkap. KRL ini dilengkapi dengan palu pemecah kaca, pembuka pintu darurat, handel rem darurat, dan tabung pemadam kebakaran. Sedangkan pada KRL eks Jepang, hanya dilengkapi dengan tombol SOS dan tabung pemadam kebakaran. Untuk mengurangi risiko pada saat keadaan darurat, PT KAI dan PT KCJ harus menambah sistem keamanan terutama untuk KRL eks Jepang. Selain itu, PT KAI dan PT KCJ harus memperhatikan penempatan kereta khusus wanita, mengingat banyaknya korban berjenis kelamin wanita pada kecelakaan ini. Menurut saya, PT KAI dan PT KCJ harus mempertimbangkan kembali posisi kereta khusus wanita tersebut. Karena menurut saya, posisi kereta khusus wanita sangat besar risikonya jika posisinya berada di depan rangkaian kereta.

Saya juga turut berdukacita atas kecelakaan ini. Semoga bagi para korban yang meninggal diterima amalnya oleh Tuhan YME. Semoga, para keluarga korban diberikan kesabaran dan ketabahan atas musibah ini. Demikian artikel dari saya. Bila ada yang ingin memberikan kritik dan saran, harap memberikan komentar di bawah posting ini.

Tentang Penulis

Hanya seorang pelajar yang mencari secercah cahaya hidayah di jalan dakwah yang panjang dan berliku. Berbagi segala sesuatu yang berharga secara cuma-cuma. Bukan seorang hartawan, tetapi hanya seorang yang berilmu sebagai bekal dakwah.

0 komentar:

Silakan berkomentar tentang artikel ini. Anda juga bisa menambahkan emoticon seperti di bawah ini, klik pada gambar untuk mengetahui simbol emoticon.

Back to top ↑
Connect with Us


© 2013 Jurnal Hanif. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.