Dari kejadian yang penulis alami, kita bisa menyimpulkan bahwa jika kita tidak dapat mengendalikan amarah, maka kita pasti akan mendapat kerugian. Dalam Islam, kita dibolehkan marah karena Allah. Artinya, kita boleh marah apabila kita melihat kekufuran yang terjadi pada umat. Namun, jika bukan karena Allah, maka hal ini termasuk perbuatan yang tercela. Kita dapat mencontoh Ali bin Abu Thalib radhiallahuanhuma dari kisah berikut ini.
Dalam suatu peperangan Ali bin Abu Thalib berhasil menjatuhkan musuhnya. Dengan sigap beliau langsung menindih dengan tubuhnya siap dengan pedang terhunus untuk memenggal.
Dalam kondisi terjepit musuh Allah tersebut meludahi wajah Ali bin Abu Thalib. Seketika itu juga pedang yang sudah siap dihunus diturunkan untuk membatalkan niatnya menghabisi musuhnya. Ketika ditanya, ” Mengapa engkau tidak melanjutkan niatmu untuk memenggal kepalaku?”
Ali bin Abu Thalib menjawab,”Ketika aku menjatuhkanmu aku ingin membunuhmu karena Allah akan tetapi ketika engkau meludahiku maka niatku membunuhku karena amarahku kepadamu”.
Dalam suatu peperangan Ali bin Abu Thalib berhasil menjatuhkan musuhnya. Dengan sigap beliau langsung menindih dengan tubuhnya siap dengan pedang terhunus untuk memenggal.
Dalam kondisi terjepit musuh Allah tersebut meludahi wajah Ali bin Abu Thalib. Seketika itu juga pedang yang sudah siap dihunus diturunkan untuk membatalkan niatnya menghabisi musuhnya. Ketika ditanya, ” Mengapa engkau tidak melanjutkan niatmu untuk memenggal kepalaku?”
Ali bin Abu Thalib menjawab,”Ketika aku menjatuhkanmu aku ingin membunuhmu karena Allah akan tetapi ketika engkau meludahiku maka niatku membunuhku karena amarahku kepadamu”.
Dari kisah di atas, Ali bin Abu Thalib tidak jadi membunuh musuhnya karena beliau marah kepada musuhnya dan bukan karena Allah. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyakiti seseorang apabila kita marah bukan karena Allah. Agar kita bisa terhindar dari ghadab, simak tips-tips berikut ini untuk meredam amarah:
Pertama, mintalah perlindungan kepada Allah dengan membaca:
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
Rasulullah SAW bersabda:
Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)Kedua, diam dan jagalah lisan. Ketika seseorang sedang marah, maka ia cenderung berkata-kata yang tidak baik. Oleh karena itu, diam merupakan jalan yang terbaik untuk menghindari dosa yang lebih besar.
Rasulullah SAW bersabda:
Jika kalian marah, diamlah. (HR Ahmad, sanadnya hasan lighairih)Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dan yang lainnya, bisa saja dicatat oleh Allah sebagai tabungan dosa. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)Ketiga, mengambil posisi yang lebih rendah. Orang yang marah cenderung ingin selalu lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi. Dengan posisi yang lebih tinggi, ia dapat melampiaskan amarah sepuasnya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda:
Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad, sanadnya shahih)Keempat, segeralah berwudhu dan mandi. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR Ahmad dan Abu Dawud)Sekian artikel yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat.
Super sekali
BalasHapus