Minggu, 15 Desember 2013

Akibat Ghadab dan Syaitan

By Unknown   Posted at  11.43   Islam 1 comment


Pada siang tadi, saya melihat kejadian yang tidak biasa. Pada saat itu, saya sedang naik angkot, kebetulan saya duduk di depan. Lalu, pada saat angkot saya melewati tikungan, tiba-tiba saya melihat kerumunan orang-orang di tengah jalan. Ternyata ada seorang laki-laki, mungkin sekitar umur 25-an sedang memegang genting sambil marah-marah. Dia beberapa kali mencoba memukul pengendara yang ada di sekitarnya dengan genting itu, tetapi ada seorang perempuan (entah siapa dia) mencoba untuk meredam amarah lelaki itu. Setelah genting itu diletakkan, saya kira dia sudah berhenti marah-marah, eh ternyata dia malah memukul salah satu pengendara motor. Untungnya, pengendara motor itu tidak terluka, dan kacamata yang ia pakai tidak pecah. Lantas, supir angkot yang saya tumpangi sengaja menabrak lelaki yang memukul pengendara motor tersebut dengan pelan. Lalu, terjadi adu mulut antara supir angkot dengan lelaki tersebut. Setelah konflik semakin memanas, akhirnya beberapa warga kampung memaki-maki lelaki yang memukul pengendara motor itu dan sempat juga terjadi adu jotos. Akhirnya, setelah warga kampung 'mendominasi' konflik, lelaki yang memukul pengendara motor tersebut malah melarikan diri tanpa ada rasa tanggung jawab.

Dari kejadian yang penulis alami, kita bisa menyimpulkan bahwa jika kita tidak dapat mengendalikan amarah, maka kita pasti akan mendapat kerugian. Dalam Islam, kita dibolehkan marah karena Allah. Artinya, kita boleh marah apabila kita melihat kekufuran yang terjadi pada umat. Namun, jika bukan karena Allah, maka hal ini termasuk perbuatan yang tercela. Kita dapat mencontoh Ali bin Abu Thalib radhiallahuanhuma dari kisah berikut ini.

Dalam suatu peperangan Ali bin Abu Thalib berhasil menjatuhkan musuhnya. Dengan sigap beliau langsung menindih dengan tubuhnya siap dengan pedang terhunus untuk memenggal.

Dalam kondisi terjepit musuh Allah tersebut meludahi wajah Ali bin Abu Thalib. Seketika itu juga pedang yang sudah siap dihunus diturunkan untuk membatalkan niatnya menghabisi musuhnya. Ketika ditanya, ” Mengapa engkau tidak melanjutkan niatmu untuk memenggal kepalaku?”

Ali bin Abu Thalib menjawab,”Ketika aku menjatuhkanmu aku ingin membunuhmu karena Allah akan tetapi ketika engkau meludahiku maka niatku membunuhku karena amarahku kepadamu”.

Dari kisah di atas, Ali bin Abu Thalib tidak jadi membunuh musuhnya karena beliau marah kepada musuhnya dan bukan karena Allah. Oleh karena itu, kita tidak boleh menyakiti seseorang apabila kita marah bukan karena Allah. Agar kita bisa terhindar dari ghadab, simak tips-tips berikut ini untuk meredam amarah:

Pertama, mintalah perlindungan kepada Allah dengan membaca: 
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ

Rasulullah SAW bersabda:
Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, diam dan jagalah lisan. Ketika seseorang sedang marah, maka ia cenderung berkata-kata yang tidak baik. Oleh karena itu, diam merupakan jalan yang terbaik untuk menghindari dosa yang lebih besar.

Rasulullah SAW bersabda:
Jika kalian marah, diamlah. (HR Ahmad, sanadnya hasan lighairih)
Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dan yang lainnya, bisa saja dicatat oleh Allah sebagai tabungan dosa. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, mengambil posisi yang lebih rendah. Orang yang marah cenderung ingin selalu lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi. Dengan posisi yang lebih tinggi, ia dapat melampiaskan amarah sepuasnya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda:
Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad, sanadnya shahih)
Keempat, segeralah berwudhu dan mandi. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Sekian artikel yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat. 

Tentang Penulis

Hanya seorang pelajar yang mencari secercah cahaya hidayah di jalan dakwah yang panjang dan berliku. Berbagi segala sesuatu yang berharga secara cuma-cuma. Bukan seorang hartawan, tetapi hanya seorang yang berilmu sebagai bekal dakwah.

1 komentar:

Silakan berkomentar tentang artikel ini. Anda juga bisa menambahkan emoticon seperti di bawah ini, klik pada gambar untuk mengetahui simbol emoticon.

Back to top ↑
Connect with Us


© 2013 Jurnal Hanif. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.