Sabtu, 08 Februari 2014

Fenomena Pengemis Kaya

By Unknown   Posted at  17.51   Islam No comments

Mungkin sahabat sering banget denger hadits yang isinya kayak gini:

Tangan yg di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yg di bawah adalah tangan peminta-minta. (HR Muslim)
Nah, hadits di atas mengajak kita untuk berusaha tidak meminta-minta rezeki dari orang lain. Namun, zaman sekarang mengemis menjadi "salah satu pekerjaan alternatif" bagi orang-orang yang tidak mempunyai kemamuan untuk bekerja. Bahkan, mereka yang saat ini menjadi pengemis betah dengan melakukan pekerjaan tersebut sampai-sampai tidak mau mencari pekerjaan lain yang lebih terhormat.

Beberapa waktu silam, warga Jabodetabek dikejutkan dengan seorang pengemis dengan gerobak yang berisi uang Rp 25 juta. Wow! Pengemis itu bernama Walang bin Kilon. Ia ditangkap oleh Dinas Sosial Jakarta Selatan di bawah tugu Pancoran. Walang mengaku bahwa uang tersebut digunakannya untuk naik haji. Hmmm... Niatnya bagus sih, tapi caranya salah. Jauh-jauh sebelum kejadian tersebut, MUI sudah mengimbau umat muslim untuk tidak memberikan sedekah kepada pengemis jalanan.

Wah, gimana perasaan sahabat ketika membaca paragraf di atas? Apakah jadi jengkel dengan pengemis? Atau kapok ngasih duit ke pengemis? Apapun perasaan sahabat, minumnya teh botol *sensor* (lah kok promosi?). Pokoknya jangan khawatir! Sebelum saya akan menjelaskan hukum meminta-minta dan tips yang boleh sahabat lakukan ketika bertemu pengemis, saya akan berbagi pengalaman pada saat bertemu pengemis.

Waktu pulang dari sekolah, seperti biasa saya melewati trotoar Jalan Kapten Muslihat untuk menuju Stasiun Bogor. Namun, pada saat saya berjalan di depan Budi Mulia, tiba-tiba ada bapak-bapak yang memakai kopiah dengan kemeja yang lusuh dan kusam menghampiri saya. Dia meminta sejumlah uang karena katanya anaknya tidak bisa pulang di Jakarta, dan dia tidak punya cukup uang untuk pergi ke Jakarta. Namun, dengan mentah saya menolak permintaan bapak itu.

Nah, sekitar dua bulan kemudian saya bertemu bapak itu lagi di tempat yang tidak jauh dari tempat saya bertemu dengan dia sebelumnya. Dia meminta uang lagi dengan alasan yang sama. "Dik, tolongin saya dik. Anak saya gak bisa pulang, sekarang dia lagi di Jakarta. Bapak gak punya ongkos ke Jakarta." rayu bapak itu. Kali ini saya turuti permintaan bapak itu, karena saya ingin tahu reaksi si bapak itu jika bertemu untuk ketiga kalinya. "Bapak butuh berapa?" tanya saya. "20 ribu, dik." kata bapak itu. 20 ribu mana cukup buat ongkos pulang pergi? Akhirnya saya hanya memberi bapak itu 10 ribu. "Terimakasih, dik. Semoga Allah membalas rezeki yang adik berikan." katanya. Dalam hati saya berkata "Semoga Allah membalas perbuatan bapak saat ini.". Hahaha.

Tepat seminggu kemudian, saya melihat dia menghampiri teman saya yang sedang berjalan di depan saya. Nampaknya usaha bapak itu gagal. Lalu, ketika dia melihat saya, dia terlihat kaget bukan kepalang. Namun, karena dia terlihat panik seperti itu, akhirnya saya meninggalkannya.

Hukum Meminta-minta

Meminta-minta bukanlah sesuatu yang disyariatkan dalam Islam. Bahkan meminta-minta degan cara menipu kepada orang atau lembaga tertentu, maka jelas-jelas merupakan perbuatan dosa. Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.”
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhuma, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa meminta-minta kepada manusia harta mereka untuk memperbanyak hartanya, maka sesungguhnya dia hanyalah sedang meminta bara api. Maka hendaknya dia mempersedikit ataukah memperbanyak.”
Wah, kayaknya besar sekali dosa meminta-minta. Nah, pasti sahabat bertanya, kapankah kita boleh meminta-minta? Nah, ini nih kondisi di mana seseorang diperbolehkan meminta-minta dari seseorang.

  • Seseorang menanggung beban berupa denda atau pelunasan hutang dari orang lain, maka ia diperbolehkan meminta uang dari orang lain hingga ia mampu melunasinya.
  • Seseorang yang tertimpa bencana dan kehilangan seluruh hartanya, maka boleh baginya meminta-minta hingga ia mampu menghidupi dirinya sendiri.
  • Seseorang yang tertimpa kefakiran dan disaksikan oleh 3 orang berakal dari kaumnya, maka diperbolehkan baginya meminta-minta hingga ia mendapatkan penegak bagi kehidupannya.
Terus, kalo masjid meminta sumbangan dari jamaah gimana? Itu diperbolehkan selama bertujuan untuk kepentingan umat Islam dan yang terpenting panitia yang mengelolanya jujur.

Sikap Kepada Pengemis

Setelah mengetahui banyak sekali orang yang betah mengemis karena penghasilan yang cukup besar, sebaiknya kita tidak memberi sedekah kepada pengemis yang ada di jalan. Terus, kemana kita bersedekah? Nah, jika masih ada keluarga dekat kita yang masih belum mampu memenuhi kebutuhan hidup, sebaiknya kita bersedekah kepada keluarga kita. Jika tidak ada, lihatlah tetangga kita apakah masih ada tetangga yang belum mampu memenuhi kehidupannya? Jika ada, maka berikanlah ia sedekah. Jika tidak ada maka berikanlah sedekah kepada orang yang benar-benar fakir dan kita tahu bahwa dia belum mampu memenuhi kebutuhannya. Atau, bisa juga kita sedekahkan kepada masjid-masjid atau lembaga-lembaga lain yang bertujuan untuk memakmurkan umat Islam.

Sekian artikel dari saya. Semoga bermanfaat!

Tentang Penulis

Hanya seorang pelajar yang mencari secercah cahaya hidayah di jalan dakwah yang panjang dan berliku. Berbagi segala sesuatu yang berharga secara cuma-cuma. Bukan seorang hartawan, tetapi hanya seorang yang berilmu sebagai bekal dakwah.

0 komentar:

Silakan berkomentar tentang artikel ini. Anda juga bisa menambahkan emoticon seperti di bawah ini, klik pada gambar untuk mengetahui simbol emoticon.

Back to top ↑
Connect with Us


© 2013 Jurnal Hanif. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.