Minggu, 30 Desember 2012

Merayakan Tahun Baru Masehi Menurut Islam

By Unknown   Posted at  13.08   Islam No comments

Assalamualaikum Wr. Wb.



Wah, sebentar lagi kita akan memasuki tahun baru 2013. Tidak terasa tahun 2012 begitu cepat berlalu, bukankah begitu sahabat? Ini berarti pertanda bahwa kiamat sudah begitu dekat, meskipun kita tidak mengetahui kapan kiamat akan datang. Ngomongin soal tahun baru nih, apa yang bakal sahabat lakukan ketika tahun baru nanti? Apakah makan-makan? Atau menyiapkan pesta kembang api? Atau menonton film hingga tahun berganti? Nah, agar kita tidak salah jalan, yuk kita simak kajian yang akan saya berikan.

Hubungan antara Natal dan Tahun Baru
Asal kata "Natal" berasal dari bahasa Portugis, yang berarti kelahiran. Jadi, Natal merupakan hari kelahiran Yesus Kristus yang diperingati oleh umat kristiani. Sedangkan tahun baru merupakan peringatan satu minggu kelahiran Yesus, namun ada juga yang menyebutkan pergantian penanggalan tradisional Romawi.

Hukum Merayakan Tahun Baru
Tahun baru tidak termasuk salah satu hari raya Islam sebagaimana ‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha ataupun hari Jum’at. Bahkan hari tersebut tergolong rangkaian kegiatan hari raya orang-orang kafir yang tidak boleh diperingati oleh seorang muslim.

Suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi SAW menanyakan kepadanya: 

“Apakah disana ada berhala sesembahan orang Jahiliyah?” Dia menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya,“Apakah di sana tempat dirayakannya hari raya mereka?” Dia menjawab, “Tidak”. Maka Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Tunaikan nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dan dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam”. (HR Abu Daud)

Hadits ini menunjukkan terlarangnya menyembelih untuk Allah di tempat yang bertepatan dengan tempat yang digunakan untuk menyembelih kepada selain Allah, atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Perbuatan ini juga menyerupai perbuatan mereka dan menjadi sarana yang mengantarkan kepada syirik. Apalagi ikut merayakan hari raya mereka, maka di dalamnya terdapat wala’ (loyalitas) dan dukungan dalam menghidupkan syi’ar-syi’ar kekufuran. Akibat paling berbahaya yang timbul karena berwala’ terhadap orang kafir adalah tumbuhnya rasa cinta dan ikatan batin kepada orang-orang kafir sehingga dapat menghapuskan keimanan.

Keburukan yang Ditimbulkan
Seorang muslim yang ikut-ikutan merayakan tahun baru akan tertimpa banyak keburukan, diantaranya:
  1. Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir yang telah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
  2. Melakukan amal ketaatan seperti dzikir, membaca Al Qur’an, dan sebagainya yang dikhususkan menyambut malam tahun baru adalah pebuatan bid’ah yang menyesatkan.
  3. Ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina.
  4. Pemborosan harta kaum muslimin, karena uang yang mereka keluarkan untuk merayakannya (membeli makanan, bagi-bagi kado, meniup terompet dan lain sebagainya) adalah sia-sia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Serta masih banyak keburukan lainnya baik berupa kemaksiatan bahkan kesyirikan kepada Allah.
Sumber: muslimah.or.id

Nah, sudah sepatutnya sebagai seorang muslim tidak merayakan tahun baru, karena tahun baru merupakan hari raya orang kafir. Apabila kita merayakan hari raya mereka, kita termasuk orang-orang yang syirik. Demikian kajian yang dapat saya sampaikan, apabila ada kesalahan itu datangnya dari diri saya sendiri, dan adapun kebenaran itu datangnya dari Allah SWT.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Tentang Penulis

Hanya seorang pelajar yang mencari secercah cahaya hidayah di jalan dakwah yang panjang dan berliku. Berbagi segala sesuatu yang berharga secara cuma-cuma. Bukan seorang hartawan, tetapi hanya seorang yang berilmu sebagai bekal dakwah.

0 komentar:

Silakan berkomentar tentang artikel ini. Anda juga bisa menambahkan emoticon seperti di bawah ini, klik pada gambar untuk mengetahui simbol emoticon.

Back to top ↑
Connect with Us


© 2013 Jurnal Hanif. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.